Biografi Umar bin Abdul Aziz :
Umar bin Abdul Aziz adalah sosok pemimpin negara teladan yang sangat
tepat menjadi barometer kesalehan, ketakwaan, keadlian, dan
kesederhanaan. Sejarahnya sangat penting bagi siapa saja yang menjadi
pemimpin zaman ini. Reformasi besar-besaran dalam sistem kepemimpinan
yang ia lakukan telah membawa kesejahteraan menyeluruh bagi umat.
Larangan memberi hadiah kepada pejabat, perlawanan terhadap para pejabat
yang zalim, penghapusan kezaliman atas kaum lemah, dan penegakan
keadilan bagi penduduk Samarkand adalah beberapa contoh dari reformasi
selama kepemimpinannya. Umar bin Abdul Aziz selalu adil dalam menetapkan
hukum, menghidupkan prinsip amar makruf nahi mungkar, menegakkan
keadilan, dan mewakilkan urusan hanya kepada orang-orang terpercaya.
Tidak ada nepotisme dalam pemerintahannya. Hanya orang saleh yang
dipercaya memegang amanah dalam pemerintahan. Kekhilafahan Umar bin
Abdul Aziz merupakan bukti sejarah yang mematahkan pendapat siapapun
yang mengatakan bahwa negara yang dibangun berdasar syariat Islam sangat
rentan diguncang berbagai masalah dan krisis. Sebagai pribadi, Umar bin
Abdul Aziz adalah sosok yang menakjubkan takutnya kepada Allah dan
tekun beribadah kepada Allah. Perjalanan hidupnya membebankan kepada
kita sebuah pemahaman yang benar tentang arti pembaruan sesuai dengan
pemahaman Al-Qur’an seperti yang telah dipahami oleh para ulama yang
saleh dan sudah mereka terapkan dengan sebenarnya. Jadi, siapa pun Anda
tidak akan rugi membaca Buku Biografi Umar bin Abdul Aziz ini.
Kisah
Umar bin Khattab berkaitan dengan kelahiran Umar II : Menurut tradisi
Muslim Sunni, silsilah keturunan Umar dengan Umar bin Khattab terkait
dengan sebuah peristiwa terkenal yang terjadi pada masa kekuasaan Umar
bin Khattab."Khalifah Umar sangat terkenal dengan kegiatannya beronda
pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam ia
mendengar dialog seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu
yang miskin.Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam
susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari”Anaknya menjawab
“Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang
kita berbuat begini”Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul
Mukminin tidak akan tahu”.Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak
tahu, tapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”.Umar yang mendengar kemudian
menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu.Ketika pulang ke rumah,
Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu.Kata
Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang
hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.Asim yang taat
tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan
ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang lebih dikenal dengan
sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin
Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.Kehidupan awal Umar bin
Abdul Aziz : Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar,
salah seorang periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal di sana sampai
kematiannya ayahnya, dimana kemudian ia dipanggil ke Damaskus oleh
Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya
kemudian segera meninggal dan ia diangkat pada tahun 706 sebagai
gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I715 – 715: era Al-Walid I :
Tidak seperti sebagaian besar penguasa pada saat itu, Umar membentuk
sebuah dewan yang kemudian bersama-sama dengannya menjalankan
pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh
berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke
Damaskus berkurang dan dapat diselesaikan di Madinah, sebagai tambahan
banyak orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan
dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut
menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan Al-Walid I untuk
memberhentikan Umar. Al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj dan
memberhentikan Umar dari jabatannya. Tetapi sejak itu, Umar sudah
memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.Pada
era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang
kontroversial untuk memperluas area di sekitar masjid Nabawi sehingga
rumah Rasulullah ikut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan
penduduk Madinah termasuk ulama mereka, Said bin al-Musayyib, sehingga
banyak dari mereka yang mencucurkan air mata. Berkata Said bin
al-Musayyib: "Sungguh aku berharap agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan
seperti apa adanya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat
mengetahui bagaimana sesungguhnya tata cara hidupnya yang sederhana".715
– 717: era Sulaiman : Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa
pemerintahan Al-Walid I dan kemudian dilanjutkan oleh saudara Al-Walid,
Sulaiman. Sulaiman, yang juga merupakan sepupu Umar selalu mengagumi
Umar, dan menolak untuk menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri
pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk UmarUmar menjadi khalifah
menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai
khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah
ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru
ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin
Khattab dari garis ibu.Zaman pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan
negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama
(Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya
pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi
khalifah hanya 2 dirham perhari[3] atau 60 dirham perbulan. Karena itu
banyak ahli sejarah menjuluki ia dengan Khulafaur Rasyidin ke-5.
Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit.
Menurut riwayat, ia meninggal karena dibunuh (diracun) oleh
pembantunya.Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama
Raja’ bin Haiwah menasihatinya, "Wahai Amirul Mukminin, antara perkara
yang menyebabkan engkau dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat dari
Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang
Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah
Sulaiman, "Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz".Surat wasiat diarahkan
supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan,
tetapi dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum
wafatnya Sulaiman, ia memerintahkan agar para menteri dan para gubernur
berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat
tersebut.
Kisah
Umar bin Khattab berkaitan dengan kelahiran Umar II : Menurut tradisi
Muslim Sunni, silsilah keturunan Umar dengan Umar bin Khattab terkait
dengan sebuah peristiwa terkenal yang terjadi pada masa kekuasaan Umar
bin Khattab."Khalifah Umar sangat terkenal dengan kegiatannya beronda
pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam ia
mendengar dialog seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu
yang miskin.Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam
susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari”Anaknya menjawab
“Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang
kita berbuat begini”Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul
Mukminin tidak akan tahu”.Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak
tahu, tapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”.Umar yang mendengar kemudian
menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu.Ketika pulang ke rumah,
Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu.Kata
Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang
hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.Asim yang taat
tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan
ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang lebih dikenal dengan
sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin
Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.Kehidupan awal Umar bin
Abdul Aziz : Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar,
salah seorang periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal di sana sampai
kematiannya ayahnya, dimana kemudian ia dipanggil ke Damaskus oleh
Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya
kemudian segera meninggal dan ia diangkat pada tahun 706 sebagai
gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I715 – 715: era Al-Walid I :
Tidak seperti sebagaian besar penguasa pada saat itu, Umar membentuk
sebuah dewan yang kemudian bersama-sama dengannya menjalankan
pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh
berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke
Damaskus berkurang dan dapat diselesaikan di Madinah, sebagai tambahan
banyak orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan
dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut
menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan Al-Walid I untuk
memberhentikan Umar. Al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj dan
memberhentikan Umar dari jabatannya. Tetapi sejak itu, Umar sudah
memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.Pada
era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang
kontroversial untuk memperluas area di sekitar masjid Nabawi sehingga
rumah Rasulullah ikut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan
penduduk Madinah termasuk ulama mereka, Said bin al-Musayyib, sehingga
banyak dari mereka yang mencucurkan air mata. Berkata Said bin
al-Musayyib: "Sungguh aku berharap agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan
seperti apa adanya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat
mengetahui bagaimana sesungguhnya tata cara hidupnya yang sederhana".715
– 717: era Sulaiman : Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa
pemerintahan Al-Walid I dan kemudian dilanjutkan oleh saudara Al-Walid,
Sulaiman. Sulaiman, yang juga merupakan sepupu Umar selalu mengagumi
Umar, dan menolak untuk menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri
pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk UmarUmar menjadi khalifah
menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai
khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah
ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru
ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin
Khattab dari garis ibu.
Zaman
pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan negaranya dan
mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur
Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak
kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah
hanya 2 dirham perhari[3] atau 60 dirham perbulan. Karena itu banyak
ahli sejarah menjuluki ia dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar
ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat,
ia meninggal karena dibunuh (diracun) oleh pembantunya.Menjelang
wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah
menasihatinya, "Wahai Amirul Mukminin, antara perkara yang menyebabkan
engkau dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di akhirat
kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang
adil, maka siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Aku melihat
Umar Ibn Abdul Aziz".Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin
Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi dirahasiakan darai
kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman, ia
memerintahkan agar para menteri dan para gubernur berbai’ah dengan nama
bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.
Biografi Umar bin Abdul Aziz :
Umar bin Abdul Aziz adalah sosok pemimpin negara teladan yang sangat
tepat menjadi barometer kesalehan, ketakwaan, keadlian, dan
kesederhanaan. Sejarahnya sangat penting bagi siapa saja yang menjadi
pemimpin zaman ini. Reformasi besar-besaran dalam sistem kepemimpinan
yang ia lakukan telah membawa kesejahteraan menyeluruh bagi umat.
Larangan memberi hadiah kepada pejabat, perlawanan terhadap para pejabat
yang zalim, penghapusan kezaliman atas kaum lemah, dan penegakan
keadilan bagi penduduk Samarkand adalah beberapa contoh dari reformasi
selama kepemimpinannya. Umar bin Abdul Aziz selalu adil dalam menetapkan
hukum, menghidupkan prinsip amar makruf nahi mungkar, menegakkan
keadilan, dan mewakilkan urusan hanya kepada orang-orang terpercaya.
Tidak ada nepotisme dalam pemerintahannya. Hanya orang saleh yang
dipercaya memegang amanah dalam pemerintahan. Kekhilafahan Umar bin
Abdul Aziz merupakan bukti sejarah yang mematahkan pendapat siapapun
yang mengatakan bahwa negara yang dibangun berdasar syariat Islam sangat
rentan diguncang berbagai masalah dan krisis. Sebagai pribadi, Umar bin
Abdul Aziz adalah sosok yang menakjubkan takutnya kepada Allah dan
tekun beribadah kepada Allah. Perjalanan hidupnya membebankan kepada
kita sebuah pemahaman yang benar tentang arti pembaruan sesuai dengan
pemahaman Al-Qur’an seperti yang telah dipahami oleh para ulama yang
saleh dan sudah mereka terapkan dengan sebenarnya. Jadi, siapa pun Anda
tidak akan rugi membaca Buku Biografi Umar bin Abdul Aziz ini.